RESUME
PENGANTAR PSIKOLOGI
Penerapan IQ, EQ , dan SQ untuk anak didik SD/MI
Di sussun Oleh :
Blanda237
JOMBANG 2013
Pengertian dan Penerapan IQ, EQ, dan SQ Pada Anak Didik SD/MI
IQ,
EQ, SQ dan ESQ adalah penggambaran dari potensi manusia sebagai makhluk paling
cerdas dan kompleks di muka bumi. Pembagian ini mewakilkan
dari banyak potensi kecerdasan
manusia yang didefinisikan secara umum.
1. IQ(Intelligence Quotients)
1. IQ(Intelligence Quotients)
Ialah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tak dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat meningkat dari proses belajar.
Kecerdasan ini pun tidaklah baku untuk satu hal saja, tetapi untuk banyak hal, contohnya seseorang dengan kemampuan mahir dalam bermusik, dan yang lainnya dalam hal olahraga. Jadi kecerdasan ini dari tiap - tiap orang tidaklah sama, tetapi berbeda satu samalainnya.
2. EQ (Emotional Quotients)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri sendiri,semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
3. SQ (Spiritual Quotients)
Perlu
dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama, Kecerdasan spiritual
(SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu
seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai.
Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk
memiliki nilai-nilai itu sendiri. kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang
berasal dari dalam hati, menjadikan kita kreatif ketika kita dihadapkan pada
masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta
menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati.
Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai
ibadah, demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya
PENERAPAN
IQ , EQ ,DAN SQ UNTUK ANAK SD
Holistik, suatu peristiwa yang menjadi
pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi
sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
Bermakna, keterkaitan antara
konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan
diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
Aktif, pembelajaran terpadu
dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat
memotivasi anak untuk belajar.
Berpusat pada anak
Memberikan pengalaman langsung
pada anak
Pemisahan antara bidang studi
tidak begitu jelas
Memyajikan konsep dari berbagai
bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
Bersikap luwes
Hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
- Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
- Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
- Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
- Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
- Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
- Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Aspek Guru
Guru
harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis
yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan
banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang
kajian tertentu saja.
Aspek Peserta Didik
Pembelajaran
terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak
dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
Aspek
Kurikulum
Kurikulum
harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik
(bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan
dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu
memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan
belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran
terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan
sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
Pentingnya Pembelajaran IQ, EQ , dan SQ Diterapkan
Di Tingkat Sekolah Dasar
·
Piaget mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor,
·
(b) pra operasional,
·
(c) operasional konkrit,
dan
·
(d) operasional formal.
Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional
konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran
di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan
ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa
perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat
terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi
aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan
itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
Merujuk
pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di
jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi
pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate
Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang
harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
- asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,
- asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),
- asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,
- asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.
Pendidikan
di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka
belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
Kegiatan yang
dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik .Seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan
dapat bertahan lebih lama.
Di
samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak
tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia
terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki
cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas
diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di
masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia
secara utuh.